BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu penyebab terjadinya
balita kurang gizi adalah asupan zat gizi yang tidak mencukupi. Hal ini
disampaikan oleh UNICEF
(2004) bahwa faktor penyebab terjadinya masalah kurang gizi pada balita terdiri dari penyebab
langsung dan tidak langsung. Faktor yang menjadi penyebab langsung adalah
asupan gizi tidak cukup dan penyakit infeksi.
Upaya untuk meningkatkan konsumsi energi dan
protein bagi balita kurang gizi perlu disusun makanan yang bergizi, murah, dan
mudah dibuat secara mandiri oleh ibu balita. Makanan dibuat dengan memanfaatkan
pangan lokal, yakni pangan yang
diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi dan sumberdaya wilayah dan
budaya setempat.
Pada kajian teori dan kajian lapangan pangan
lokal yang memungkinkan dapat dimanfaatkan terdiri dari beras, tempe, kacang
tolo dan lele. Bahan makanan tersebut disusun
untuk memperoleh susunan campuran bahan makanan yang mengandung zat gizi baik
dan dalam jumlah banyak dalam suatu formula makanan. Formula makanan merupakan
campuran bahan makanan dalam perbandingan tertentu, yang kadar zat gizinya
tinggi, harga relatif terjangkau dan bahan mudah
didapatkan.
Beberapa kajian tentang formula
makanan yang pernah disusun antara lain membuat formula makanan untuk balita
menggunakan tepung beras, kedele, dan gula dengan total padatan 50%, 55%, 60%, 65%, dan 70%. Suryani
(2001) membuat makanan bagi balita penderita diare menggunakan bahan beras,
kedele, lele, wortel dengan susunan 70%, 20%, 5%, dan 5%.
Pada penelitian ini baru
diketahui jenis bahan yang digunakan untuk membuat formula makanan, namun belum
diketahui susunan formula yang tepat untuk balita kurang gizi. Berdasarkan kajian tersebut,
perlu ditemukan formula yang tepat untuk pembuatan formula makanan bagi anak kurang
gizi.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
KA. A. Kebutuhan Zat Gizi Balita Kurang
Gizi
Balita atau anak
bawah lima tahun merupakan
usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak
masih rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani.
Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang anak adalah keadaan gizinya. Pertumbuhan anak pasa masa balita sangat pesat, sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi daripada orang dewasa. Disisi lain, alat pencernakan usia ini belum berkembang sempurna. Selain itu, anak balita sangat rentan terhadap penyakit gigi sehingga menyulitkan makannya.
Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang anak adalah keadaan gizinya. Pertumbuhan anak pasa masa balita sangat pesat, sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi daripada orang dewasa. Disisi lain, alat pencernakan usia ini belum berkembang sempurna. Selain itu, anak balita sangat rentan terhadap penyakit gigi sehingga menyulitkan makannya.
Balita dapat pula
dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai
dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga
mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus
disesuaikan dengan keadaannya.
Berdasarkan
karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak
usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “batita“ dan
anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia
“prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah
lebih dikenal sebagai konsumen aktif..
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen
pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan
kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan
makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang
masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam
sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena
itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
Kebutuhan
gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan
pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a.
Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi
bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia
tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun
seiring dengan bertambahnya usia.
b.
Kebutuhan zat pembangun
Secara
fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif
lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang
usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c.
Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air
bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
Asupan
gizi balita yang tepat adalah
makanan yang sehat dan bervariasi. Berikan komposisi makanan yang seimbang pada
setiap kandungan gizi masing-masing makanannya seperti, 55-67% karbohidrat,
20-30% lemak, dan 13-15% protein. Hal ini agar memenuhi gizi balita dalam perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan fisiknya
secara optimal.
Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan Bagi Anak 6-59 Bulan Per
Orang Per Hari
No
|
Kelompok Umur
|
Energi (Kkal)
|
Protein (gram)
|
1.
|
6-11 bulan
|
650
|
16
|
2.
|
1-3 tahun
|
1000
|
25
|
3.
|
4-6 tahun
|
1550
|
39
|
Gizi balita ini bisa diperoleh dari
nasi (3-4 porsi) atau bisa diganti dengan bihun dan roti yang bisa menjadi
sumber tenaga. Sedangkan, untuk sumber pembangun diperoleh dari lauk-pauk (4-5
porsi) ditambah sumber zat pengatur seperti vitamin dan mineral yang terdiri dari
sayur dan buah (2-3 porsi).
B. B. Kajian Pemanfaatan Beras, Tempe, Kacang Tolo,
dan Lele
Menurut Kencananingrum (1989) pembuatan formula makanan
sumber untuk energi berasal dari beras, jagung, ataupun serealia lainnya. Sumber
protein dapat menggunakan dari kacang-kacangan dan produk hewani. Pada
penelitian ini sumber energy menggunakan beras, sedangkan sumber protein
menggunakan tempe, kacang tolo dan lel.
Beras merupakan sumber energi yang mudah diperoleh dan
harga terjangkau karena di lokasi penelitian sebagian besar mempunyai mata
pencaharian sebagai petani. Komposisi
zat gizi beras dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Komposisi Zat Gizi Beras Tiap 100 gram Bahan
No
|
Zat
Gizi
|
Beras
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
Energi (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Abu (g)
Ca (mg)
Phosphor (mg)
Besi (mg)
Karoten total (mg)
Vit.A (SI)
Vit.B1 (mg)
Vit.C (mg)
Air (g)
|
366
7.6
1.0
78.9
0.4
0.6
59
258
0.8
0
0
0.26
0
11.9
|
Sumber : Tabel Komposisi
Pangan Indonesia (2009)
Penelitian Sarbini (2008) pembuatan formula
makanan menggunakan susunan beras 70%, kedele atau tempe 30% akan menghasilkan kadar
protein 17,9 gram. Mutu protein tersebut telah memenuhi syarat untuk pembuatan
makanan formula. Pada penelitian tersebut formula makanan dibuat berbagai jenis
produk makanan seperti papais, nagasari, dan juadah. Makanan tersebut diberikan
pada pada balita selama 3 (tiga) bulan, dan menunjukkan hasil balita tidak bosan
mengkonsumsi makanan tersebut, dan mempunyai pengaruh bermakna terhadap
perkembangan berat badan balita.
Tabel 3.
Komposisi Zat Gizi Tempe Kedele Tiap 100 gram Bahan
No
|
Zat Gizi
|
Kedelai
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
Energi (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Abu (g)
Ca (mg)
Phosphor (mg)
Besi (mg)
Karoten total (mg)
Vit.A (SI)
Vit.B1 (mg)
Vit.C (mg)
Air (g)
|
201
20,8
8,8
13,5
1,4
1,6
155
326
4
0
0
0,19
0
55,3
|
Sumber : Tabel Komposisi
Pangan Indonesia (2009)
Septiadiputra (2009) juga melakukan
penelitian pembuatan formula makanan menggunakan tempe, wortel, dan jagung. Tepung
formula makanan yang dihasilkan memiliki nilai rata-rata kadar protein terlarut
2,51g/100 g sampel dan kadar air rata-rata 6,29%. Tepung formula makanan yang
dihasilkan beraroma sedikit langu, dengan warna kusam (putih kekuningan), dan tekstur
yang halus.
Tempe merupakan sumber protein yang mudah
diperoleh dan harganya murah. Tempe mempunyai kandungan lisin yang tinggi
apabila digabungkan dengan pangan sumber yang kaya asam amino metionin dan
sistein seperti pada beras. Gabungan asam amino ini akan setara dengan protein
hewani. Apabila ditambah dengan protein dari lele akan menghasilkan protein
yang tinggi (Suryani, 2004). Tempe juga memiliki daya cerna yang tinggi
(Afrianto dan Liviawati, 1989).
Jenis kacangan-kacangan yang kaya akan protein
adalah kacang tolo. Kacang tolo memiliki harga yang relatif murah dan mudah
diperoleh. Susunan sumber protein nabati antara tempe dan kacang tolo akan
menjadikan formula makanan mempunyai nilai protein yang tinggi.
Tabel 4.
Komposisi Zat Gizi Kacang Tolo Tiap 100 gram Bahan
No
|
Zat Gizi
|
Kedelai
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
Energi (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Abu (g)
Ca (mg)
Phosphor (mg)
Besi (mg)
Karoten total (mg)
Vit.A (SI)
Vit.B1 (mg)
Vit.C (mg)
Air (g)
|
331
24,4
1,9
56,6
1,6
3,6
481
399
13,9
0
0
0,06
0
13,5
|
Sumber : Tabel Komposisi
Pangan Indonesia (2009)
Penggunaan ikan khususnya lele dalam formula
makanan ini selain sebagai sumber protein hewani juga untuk penganekaragaman
bahan. Lele merupakan seumber mineral zeng dan besi yang baik. Lele mudah
didapat, harga terjangkau dan relative mudah dapat diterima (Suryani, 2004).
Lele juga memiliki daya cerna yang tinggi (Afrianto dan Liviawati, 1989).
Tabel 5.
Komposisi Zat Gizi Lele Tiap 100 gram Bahan
No
|
Zat Gizi
|
Kedelai
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
Energi (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Abu (g)
Ca (mg)
Phosphor (mg)
Besi (mg)
Karoten total (mg)
Vit.A (SI)
Vit.B1 (mg)
Vit.C (mg)
Air (g)
|
80
16,2
0,5
2,6
0
1,1
170
139
0,1
0
0
0,4
0
79,6
|
Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2009)
C. Formulasi
Makanan
Formulasi makanan
disusun untuk memperoleh susunan campuran bahan makanan yang mengandung zat
gizi baik dan dalam jumlah banyak. Formulasi makanan ini biasanya disusun dalam
bentuk formula makanan yang disebut bahan makanan campuran (RASTTLE). Sehingga formula
makanan
merupakan campuran bahan makanan dalam perbandingan tertentu, yang kadar zat
gizinya tinggi.
Bahan formula makanan dapat digunakan sebagai
bahan makanan tambahan dalam menghidangkan makanan yang dikonsumsi sehari-hari,
agar kecukupan zat gizi yang dianjurkan dapat terpenuhi. Untuk melengkapi
kekurangan zat gizi yang terdapat dalam hidangan sehari-hari tersebut, Formula
makanan harus diberikan dalam jumlah yang telah diperhitungkan. Formula makanan
dapat sebagai bahan dalam pembuatan makanan kudapan/jajajan (Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi, 1983).
Penyusunan
formula dilakukan untuk mendapatkan komposisi bahan yang secara perhitungan
nilai gizi memenuhi kriteria sebagai bahan makanan bagi balita. Penyusunan
formula berdasarkan atas kandungan gizi setiap 100 gram bahan meliputi energi
360 kkal, protein 25% total energi, lemak 20% total energy, Skor Asam Amino
> 65, asam amino pembatas saling melengkapi.
Penyusunan komposisi zat gizi formula makanan
disesuaikan dengan kebutuhan zat gizi golongan sasaran. Golongan sasaran yang
dimaksud adalah anak balita, ibu hamil, ibu menyusui dan buruh kasar. Dengan
demikian dalam penyusunan formula perlu memperhatikan beberapa pertimbangan
dasar, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis keadaan
gizi kurang yang akan ditanggulangi.
2. Golongan rawan
yang akan diberi formula makaan.
3. Kemungkinan
untuk memproduksi dan mendistribusikan formula makanan.
4. Kemungkinan
penerimaan konsumen terhadap formula makanan itu yang meliputi cita rasa,
kesesuaian dengan pola dan kebiasaan makan.
Penyusunan
formula makanan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Bernilai gizi
tinggi, berkadar energi dan protein tinggi.
2. Merupakan sumber
vitamin dan mineral.
3. Dapat diterima
dengan baik cita rasanya.
4. Harga terjangkau
oleh daya beli golongan sasaran.
5. Dapat dibuat dari
bahan-bahan makanan yang dihasilkan setempat.
6. Daya tahan simpannya
cukup selama waktu peredaran sampai dikonsumsi.
Formula makanan dapat disusun dengan
menggunakan dua, tiga, atau empat bahan makanan. Bahan utamanya sumber energi.
Bahan-bahan lain ditambahkan untuk melengkapi asam amino yang jumlahnya sedikit
dalam bahan utama. Bahan-bahan utamapun dapat melengkapi asam amino dalam bahan
makanan lain..
Di negara-negara berkembang bahan makanan
campuran terdiri dari kedelai atau kacang-kacangan sebagai sumber protein,
sedangkan beras atau serealia lain merupakan sumber energi. Selain itu
umbi-umbian seperti ubi kayu, bi jalar dapat dijadikan sumber energi.
Dalam penyusunan makanan balita harus
memperhatikan pola kecukupan asam amino menurut kelompok umur yang telah
ditetapkan ole FAO/WHO/UNU (1980) yakni lisin 56 mg/g protein, AAS 44 mg/g
protein, treonin 34 mg/g protein, dan tripsin 11 mg/g protein.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Kandungan
Gizi dari Formula Makanan
Penyusunan formula berdasarkan atas
kandungan gizi setiap 100 gram bahan meliputi energi 360 kkal, protein 25%
total energi, lemak 20% total energy, Skor Asam Amino > 65, asam amino
pembatas saling melengkapi.
Kandungan Gizi Formula
No.
|
Zat Gizi
|
Komposisi Bahan
|
Formula
|
||||
Tepung nasi (50%)
|
Tepung tempe (10%)
|
Tepung Kacang Tolo
(20%)
|
Tepung lele (5%)
|
Gula (15%)
|
|||
1
|
Energi
(kkal)
|
200.5
|
50
|
80.8
|
22.9
|
59.1
|
413.3
|
2
|
Karbohidrat
(g)
|
45.9
|
3.2
|
14.68
|
0.925
|
14.1
|
78.805
|
3
|
Protein
(g)
|
4
|
4.87
|
5
|
3.5
|
0
|
17.37
|
4
|
Lemak
(g)
|
0.1
|
1.97
|
0.24
|
0.575
|
0
|
2.885
|
5
|
Serat
(g)
|
0.3
|
0.43
|
0.8
|
0.015
|
0
|
1.545
|
6
|
Air
(g)
|
4.55
|
0.84
|
1.9
|
0.64
|
0.81
|
8.74
|
7
|
Abu
(g)
|
0.9
|
0.34
|
0.08
|
0.325
|
0.09
|
1.735
|
8
|
Skor
Asam Amino (SAA)
|
40.5
|
15.392
|
29.952
|
6.45
|
0
|
92.294
|
9
|
Asam
Amino Pembatas (AAP)
|
Lisin
|
Metionin, Sistein
|
Metionin, Sistein
|
Valin
|
-
|
B. Sifak
Fisk Formula Makanan
Karena
terbuat dari bahan beras, tempe, kacang tolo, dan lele makan disebut formula
makanan RASTTLE, yakni akronim dari
beRAS, Tempe, Tolo dan LEle.
Lampiran
Cara Pembuatan Tepung Formula Makanan
Pembuatan tepung formula makanan ini
relatif mudah dan dapat menggunakan alat/teknologi yang sederhana. Berikut cara
pembuatannya:
1.
Siapkan bahan-bahan meliputi beras, tempe,
tolo, dan lele.
2.
Pembersihan bahan.
a. Bersihkan
beras dengan seperti biasa saat memasak nasi.
b. Kupas
tempe dari pembungkusnya.
c. Bersihkan
kacang tolo dan rendam selama (1) satu malam supaya lunak (lebih cepat dalam
pengolahan).
d. Bersihkan
lele dari isi perut dan dicuci bersih.
3.
Pengukusan.
Kukus masing-masing bahan sampai matang
menggunakan dandang. Pengukusan bisa dilakukan bersama-sama seluruh bahan, atau
dilakukan sendiri-sendiri.
4.
Pencampuran dan penumbukan.
Khusus
ikan lele sebelum dicampurkan dipisahkan dulu daging ikan dengan tulang dan
bagian kepalanya. Selanjutnya campur seluruh bahan yang sudah matang, kemudian
ditumbuk/dihancurkan menggunakan alu/blender. Penghancuran bahan tidak perlu
sampai lembut sekali (yang penting bila dikeringkan akan lebih mudah kering).
Kemudian dituang pada wadah yang mempunyai permukaan luas (seperti tampah, loyang,
dan lain-lain).
5.
Pengeringan.
Keringkan
bahan-bahan tersebut di bawah sinar matahari selama 2-3 hari atau menggunakan
almari pengering.
6.
Penepungan.
Bahan
yang telah kering ditumbuk dengan alu atau digiling dengan penggilingan beras,
kemudian diayak.